Sabtu, 10 Desember 2011

ikan bakar pak budi (TPI)Sedati, JUANDA




ikan bakar pak budi (TPI)Sedati, JUANDA

Warung Sidodadi: Nikmati Sensasi Rasa Sea Food
Menikmati
masakan yang berbau seafood memang nggak pernah ada habisnya mulai dari
ikan, udang cumi sampai kepiting dengan berbagai aneka cara memasak.
Mau
menikmati berbagai rasa dan cara pengolahan dari satu jenis makanan
mampu kita dapatkan di mana saja, sudah banyak rumah makan dan restoran
yang menyajikannya, mulai yang akrab dengan lidah orang Indonesia
sampai dengan lidah orang Tionghoa. Tergantung tempat dan suasana makan
yang kita inginkan sudah dapat dipastikan rata-rata rasa yang kita
dapatkan umumnya sama.
Tapi ada yang beda di suatu tempat yang
menyediakan jasa pembakaran ikan. Tempat itu bernama ”Warung Sidodadi”
milik bapak Budi yang berlokasi di Desa Gisik Cemandi, Kec. Sedati,
Sidoarjo, atau lebih mudah dikenal dengan sebutan tempat pelelangan
Ikan (TPI) belakang Bandara Juanda, karena lokasinya memang tak jauh
dari bandara.
Untuk ukurannya warung pak Budi terbilang
sedang-sedang saja tidak terlalu besar, dengan daya tampung pengunjung
40 orang, warung itu lumayan terbilang ramai pengunjung. Tidak hanya
yang menikmati menu ikan bakar dan masakan lainnya di tempat, tapi ada
juga sebagian yang menggunakan jasa pembakaran ikan untuk dibawa pulang.
Warung
yang buka sejak pagi pada pukul 08.00-18.00 pada hari biasa dan pukul
06.30-19.00 pada hari libur atau hari besar terlihat selalu dipadati
para penggemar makanan laut. Cukup mudah bagi pengunjung untuk
menikmati ikan yang mereka mau, karena lokasi warung pak Budi yang tak
jauh dari pasar ikan yang tentu saja harganya lumayang miring. Setelah
menawar dan membeli ikan mereka tak usah susah-susah memikirkan cara
memasaknya, tinggal membawa ke warung pak Budi maka semua akan tersaji,
namun yang menjadi persoalan adalah antrean pengunjung dan tumpukan
ikan yang akan dibakar membuat mereka yang kurang sabar akan merasa
sedikit jengkel. Tapi dijamin penantian itu nggak akan sia-sia setelah
semua menu yang dipesan tersaji di meja makan.
Pak Budi
menawarkan cara memasak dengan dibakar, digoreng, dan dikrengseng.
“Saya akan menyajikan apa yang pengunjung minta sesuai dengan pesanan
mereka” ujar pak Budi. Menurut pak Budi ikan yang paling banyak
diminati pengunjung untuk dibakar adalah ikan baronang, kakap, ikan
mata satu, ikan sembilang, dan masih banyak lagi. Sedangkan yang
spesialis goring, pak Budi menyebutkan ikan bubara dan ikan dorang.
Selain dua menu di atas, pak Budi masih punya menu andalan, yaitu asam
manis dan bumbu lada hitam, seperti menu asam manis kakap merah, dan
gurame. Untuk bumbu lada hitam ada kakap putih, barakuda, kepiting, dan
cumi.
Saat mencium aroma bakaran ikan yang dituangi minyak samin
setelah sesaat terkena panas bara api, sudah membuat perut tak kuat
menahan lapar, belum lagi ketika asap makin membubung tinggi setelah
ikan disiram air garam dan jilatan api menyelubungi seluruh permukaan
ikan, aroma yang tercipta semakin kuat, untuk olesan terakhir ada bumbu
khas buatan pak Budi yang dioleskan pada permukaan ikan yang sudah
matang, setelah itu kedua sisi ikan ditutup menggunakan daun pisang.
Dapat dibayangkan aroma dan rasa apa yang tercipta dari cara pemasakan
yang luar biasa.
“Semua proses dan sentuhan pada ikan bakar akan
menentukan cita dan rasa akhir pada ikan bakar itu sendiri, tapi ada
juga dari mereka yang suka dibakar tanpa diolesi bumbu, ya… itu kan
selera masing-masing,” ujar pak Budi sambil menata ikan yang sudah
matang di atas piring yang berukuran lumayan besar.
Sudah cukup
banyak yang berlangganan di warung pak Budi yang sudah berjualan sejak
2004, sebut saja Ibu Bambang DH, Ketua PD Pasar, para petinggi AL yang
berdinas di Juanda dan pemain band asal Jakarta. Menggunakan tenaga 4
karyawan pada hari biasa dan 8 orang karyawan pada hari libur atau hari
besar sudah memuat warung pak budi cukup dikenal di kalangan pecinta
masakan laut.
Anda harus mencoba masakan pak Budi, nikmati
sensasi bumbu, sambal kecap, sambal terasi, dan tentu saja ikan,
dipastikan akan membuat ketagihan lidah kita.
Tidak Mudah
Melihat
ramainya pengunjung di warung merupakan nikmat tersendiri. “Membuka
warung bukan merupakan sesuatu yang mudah” ujar pak Budi.
Untuk
menjadikan warungnya seramai saat ini, Ia membutuhkan kerja keras
selama 5 tahun terakhir. Apalagi sebelumnya ia berprofesi sebagai
tukang listrik dan hanya lulusan STM sama sekali jauh dari yang namanya
urusan makan. Tapi karena menurut pak Budi bahwa rezeki atau hokinya
memang di tempat itu maka ia menekuninya hingga menjadi sekarang ini.
Didukung istri tercinta Sri Mudeni serta dua anak laki-lakinya Dion dan
Titis, pak Budi mampu memberikan jasa membakar ikan hingga 20 kg per
hari di hari-hari biasa dan mencapai 60 kg di hari lubur dan hari
besar. Sungguh bukan ikan yang sedikit untuk dikerjakan oleh pak Budi
jika melihat dulunya waktu pertama kali buka hanyalah warung biasa.
Karena
saran kakaknyalah ia akhirnya memutuskan untuk merubah warungnya
tersebut dengan jasa pembakaran. Selain makan, pengunjung juga bisa
minta dibakarkan dan dimasakkan menu masakan laut kesukaan mereka. Baik
ikan bakar, masak asam manis dan lada hitam, pak Budi mampu
menyajikannya dengan cukup baik, menggugah selera makan dan rasanya
luar biasa.
Walau ia mempunyai saudara yang bekerja di restoran
elit dan sempat dibocori resep rahasia, pak Budi tidak mau, karena ia
berpendapat beda. ”Lidah setiap orang beda, tidak melulu sama dengan
yang ditempat elit, apalagi dengan lidah orang jawa,” ujarnya. Memang
belum tentu masakan dari resep elit akan diterima semua lidah
pengunjungnya, maka ia membuat dan menciptakan sendiri resepnya dengan
bumbu tradisional.
Melihat omset yang lumayan dan tawaran dari
beberapa pemilik dan pengelola tempat makan ternama di beberapa tempat
di Surabaya tak membuat pak Budi untuk melebarkan sayap bisnisnya,
karena ia memikirkan biaya lebih untuk membuka sebuah cabang, belum
lagi tenaga, apalagi resep rahasia baru dipegang oleh pak Budi. Hingga
ia hanya berkeinginan untuk memperluas warung yanga da saat ini agar
mampu menampung lebih banyak pengunjung.
“Banyak pengunjung yang kuran sabar untuk antre, sehingga terkadang
mengurungkan niatnya untuk membakar ikannya,” ujar pak Budi.
Pak
Budi juga melayani jasa antar untuk ikan bakar dan masakan lainnya
dengan berat minimal 3 kg hanya dengan menarik uang transport Rp 15.000
maka ia sudah dapat menyajikan menu ikan bakar dan masakan lainnya di
tempat pemesan. Namun jasa pemesanan tersebut tidak dilayani pada hari
Sabtu dan Minggu juga hari besar karena ia mengaku kewalahan dengan
pengunjung yang datang.
Bagi mereka yang enggan menunggu dan
ingin langsung menikmati masakan tanpa menunggu pak Budi juga melayani
pemesanan. “Tinggal telepon saya dan bilang mau ikan apa, jumlahnya
berapa, dimasak apa, dan dating jam berapa, maka ketika dating semua
sudah siap disantap. Tapi saya tidak melayani pada hari Sabtu dan
Minggu, ya… itu tadi saya kewalahan pada hari-hari tersebut,” Ujarnya.
Pak
Budi memanjakan pelanggannya dengan semaksimal mungkin, tinggal kita
mau memilih yang mana, belanja ikan sendiri dan memakai jasa pak Budi,
pesan, datang langsung santap atau minta diantara tanpa kita dating ke
tempat pak Budi, terserah mana yang Anda suka. (vic)